Research Center REACH

Kesehatan Mental Perawat Migran Indonesia di Singapura: Studi Mendalam dalam Tiga Siklus Migrasi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Surabaya, 19 Oktober 2024 – Dalam era globalisasi, migrasi tenaga kesehatan, termasuk perawat, menjadi fenomena yang semakin umum terjadi. Singapura, dengan sistem kesehatannya yang maju, menjadi salah satu negara tujuan utama bagi perawat Indonesia yang mencari peluang karir dan kesejahteraan yang lebih baik. Namun, di balik kesempatan tersebut, proses migrasi tidak selalu berjalan mulus. Perubahan budaya, bahasa, sistem kerja, serta tekanan profesional dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental para perawat migran.

Untuk memahami lebih dalam tantangan yang mereka hadapi, sebuah penelitian bertajuk “Dinamika Kesehatan Mental Perawat Indonesia dalam Tiga Siklus Migrasi: Pra-Migrasi, Migrasi, dan Pasca-Migrasi” tengah dilakukan. Studi ini mengkaji bagaimana perawat Indonesia di Singapura beradaptasi dalam berbagai aspek kehidupan profesional dan sosial, serta bagaimana faktor-faktor seperti dukungan sosial, kondisi kerja, dan kebijakan migrasi mempengaruhi kesejahteraan mental mereka.

Tiga Siklus Migrasi dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental

Penelitian ini membagi proses migrasi perawat ke dalam tiga siklus utama:

  1. Pra-Migrasi – Tahap ini mencakup persiapan awal perawat sebelum berangkat, termasuk pelatihan, ekspektasi karir, serta tekanan psikologis yang muncul akibat ketidakpastian akan kehidupan di negara tujuan.
  2. Migrasi – Periode ini melibatkan adaptasi awal perawat di Singapura, menghadapi perbedaan budaya kerja, tuntutan profesional yang tinggi, serta tantangan komunikasi dalam lingkungan multikultural.
  3. Pasca-Migrasi – Tahap ini menyoroti bagaimana perawat menyesuaikan diri dalam jangka panjang, serta bagaimana mereka mengatasi stres akibat beban kerja, homesickness, dan kebijakan ketenagakerjaan yang berlaku.

Menurut hasil awal penelitian, banyak perawat menghadapi tekanan psikologis yang signifikan di tahap migrasi awal, terutama terkait dengan ekspektasi kerja yang tinggi dan perbedaan budaya pelayanan kesehatan. Namun, keberadaan jaringan sosial yang kuat, baik dari komunitas sesama perawat migran maupun dukungan dari keluarga di Indonesia, terbukti berperan penting dalam menjaga keseimbangan mental mereka.

Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan dan intervensi yang lebih baik dalam mendukung kesejahteraan perawat migran Indonesia di Singapura. Beberapa rekomendasi awal mencakup penguatan program pendampingan dan pelatihan psikososial bagi calon perawat migran sebelum keberangkatan. Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan mental di tempat kerja bagi perawat migran. Kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Singapura dalam memastikan perlindungan tenaga kesehatan migran melalui kebijakan yang lebih inklusif.

Dengan penelitian ini, diharapkan perawat Indonesia yang bekerja di luar negeri dapat lebih siap menghadapi tantangan mental yang ada, sekaligus mendapatkan dukungan yang lebih optimal dalam menjalani karir mereka. Studi ini juga membuka diskusi lebih luas mengenai pentingnya kesejahteraan tenaga kesehatan sebagai salah satu elemen kunci dalam peningkatan kualitas layanan kesehatan global.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Never miss any important news. Subscribe to our newsletter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Never miss any important news. Subscribe to our newsletter.

Recent News

× How can I help you?