Ferry Efendi
ABSTRAK
Latar Belakang Masalah : Kesadaran masyarakat Indonesia akan kesehatan gigi dan mulut masih rendah. Umumnya mereka datang ke dokter gigi atau balai pengobatan gigi setempat bila terdapat keluhan pada gigi dan mulutnya. Cara tersebut lazim disebut passive case detection atau deteksi kasus secara pasif yaitu penderita datang dengan kesadarannya sendiri untuk memeriksakan kesehatannya kepada tenaga kesehatan profesional atau unit pelayanan kesehatan terdekat. Hingga saat ini jumlah terbesar penyakit gigi dan mulut adalah karies gigi. Hal ini diperberat pula dengan rendahnya angka cakupan preventif, promotif dan kuratif yang dijalankan selama ini.
Metode : Karya tulis ini merupakan hasil dari studi pustaka (non-eksperimen) dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah sumber data sekunder dengan teknik pengumpulan data dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisis data sekunder.
Hasil : Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan khususnya dokter gigi dalam melakukan screening sebagai upaya peningkatan kesehatan gigi masyarakat dapat dioptimalkan dengan pemberdayaan kader masyarakat. Kader masyarakat yang sebelumnya memperoleh pendidikan kesehatan mengenai kesehatan gigi dan mulut diharapkan dapat mencari, menemukan serta memotivasi penderita untuk datang ke dokter gigi atau Puskesmas terdekat..
Kesimpulan : Active case detection yang dilakukan oleh kader masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesehatan gigi masyarakat dan meningkatkan angka cakupan kuratif, cakupan promotif dan cakupan preventif sehingga mendukung target Depkes pada tahun 2010.
Kata kunci : active case detection, karies gigi, kader masyarakat