Sitasi: Yusuf, A., Habibie, A. N., Efendi, F., Kurnia, I. D., & Kurniati, A. (2019). Prevalence and correlates of being bullied among adolescents in Indonesia: Results from the 2015 Global School-based Student Health Survey. International journal of adolescent medicine and health, 1(ahead-of-print).
Kekerasan terhadap remaja memang lazim di dunia, namun masalah ini terabaikan terutama di negara berkembang. Bullying di kalangan remaja berdampak negatif terhadap korban dalam kaitannya dengan status kesehatan emosional, fisik, sosial dan secara keseluruhan. Penelitian ini dilakukan untuk memahami bullying dan faktor-faktor terkait pada remaja sekolah di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Data diperoleh dari Survei Kesehatan Berbasis Sekolah Global Indonesia (GSHS) 2015. Sebanyak 9.969 remaja di sekolah dipilih dengan metode probabilitas proporsional dengan ukuran dan sampling sistematis. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, perilaku merokok, konsumsi alkohol, teman dekat dan perasaan kesepian. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner GSHS 2015. Analisis chi-square (?2) dan uji regresi logistik ganda dilakukan untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel. Sebanyak 19,9% remaja di sekolah Indonesia menjadi korban bullying. Menjadi korban bullying dikaitkan dengan usia ?14 tahun [rasio odds yang disesuaikan (AOR) 1,30, interval kepercayaan 95% (CI) 1,17-1,45], menjadi laki-laki (AOR 1,43, 95% CI 1,28-1,59), menjadi perokok (AOR 1,46 , 95% CI 1.23-1.73), mengkonsumsi alkohol (AOR 2.07, 95% CI 1.64-2.62), tidak memiliki teman dekat (AOR 1.27, 95% CI 0.95-1.70) dan merasa kesepian (AOR 2.29, 95% CI 2.05- 2.55). Remaja sekolah di Indonesia melaporkan prevalensi yang relatif tinggi pernah mengalami perundungan. Di-bully terkait dengan berbagai faktor tergantung pada faktor pribadi dan lingkungan. Perhatian komunitas sekolah dan profesional kesehatan terhadap remaja harus disadarkan dan masalah ini dibahas, mengembangkan strategi dan meminimalkan efek negatif pada remaja. Pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan untuk mengembangkan platform sosial di kalangan remaja untuk memfasilitasi interaksi siswa.