Sitasi: Hadisuyatmana, S., Dudini, A. K. I., Efendi, F., & Ulfiana, E. (2009). Men’s Attachment to Masculinity and Preference in Accessing Primary Health Care Service in Urban Area of Surabaya, Indonesia.
Keterikatan laki-laki pada maskulinitas diyakini berkontribusi pada rendahnya akses layanan kesehatan. Namun, terdapat kekurangan literatur yang tersedia untuk menjelaskan hal ini lebih lanjut di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mempersempit kesenjangan tersebut dengan memberikan bukti ilmiah untuk menjelaskan apakah situasi serupa sedang terjadi di Indonesia. Kami melakukan studi cross-sectional yang melibatkan 134 pria berusia 20-40 tahun yang tinggal di Surabaya sebagai partisipan. Ideologi maskulinitas, norma maskulinitas dan konflik peran gender dinilai untuk korelasinya dengan akses laki-laki ke perawatan kesehatan primer. Analisis univariat digunakan untuk mengidentifikasi variabel yang diteliti; dan analisis bivariat dilakukan untuk korelasi dengan penggunaan layanan perawatan kesehatan primer oleh pria, menggunakan uji korelasi Spearman. Laki-laki cukup terikat pada ideologi maskulinitas (52,2%), norma maskulinitas (56,7%) dan memiliki konflik peran gender sedang (53,7%), dan menggunakan puskesmas untuk layanan (54,5%). Analisis bivariat menunjukkan bahwa ketiga variabel yang diteliti tidak berkorelasi dengan akses laki-laki ke puskesmas (p = 0,455, 0,654, 0,300 masing-masing). Hasilnya menyangkal gagasan yang diterima secara luas dan menunjukkan bahwa keterikatan pria pada maskulinitas tidak berkontribusi pada penggunaan layanan perawatan kesehatan primer mereka. Sebaliknya, laki-laki akan mengakses layanan kesehatan dasar sejak gejala fisik mulai muncul.