Research centre REACH

Faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa keperawatan Indonesia untuk bekerja di pedesaan (Factors influencing the intention of Indonesian nursing students to work in rural areas)

Sitasi: Firdaus, A., Efendi, F., Hadisuyatmana, S., Aurizki, G. E., & Abdullah, K. L. (2019). Factors influencing the intention of Indonesian nursing students to work in rural areas. Family Medicine and Community Health7(3).

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan niat mahasiswa keperawatan Indonesia untuk bekerja di pedesaan. Ini adalah studi cross-sectional. Instrumen yang digunakan adalah angket yang dikembangkan sendiri yang terdiri dari 13 pertanyaan. Analisis data menggunakan uji statistik ? 2 dan regresi logistik biner dengan tingkat signifikansi <0,05. Penelitian dilakukan di sekolah perawat negeri yang berlokasi di perkotaan Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, pada bulan Desember 2017. Sebanyak 714 mahasiswa perawat dari empat program berbeda terlibat. Studi ini menemukan bahwa hampir 60% mahasiswa perawat enggan bekerja di daerah pedesaan. Dari tiga variabel yang signifikan pada analisis ? 2, hanya dua yang signifikan setelah dilakukan uji regresi logistik, yaitu program perkuliahan sarjana tetap (OR = 2.274; 95% CI 1.326 hingga 3.900), profesi tetap (OR = 2.262; 95% CI 1.110 hingga 4.607) dan daerah pedesaan asal (OR = 1.405; 95% CI 1.036 hingga 1.906). Program pendidikan dan tempat asal dikaitkan dengan niat mahasiswa keperawatan untuk bekerja di daerah pedesaan. Oleh karena itu, perekrutan calon perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dengan mempertimbangkan konteks lokalnya.

Kualifikasi keperawatan dan tenaga kerja untuk Association of Southeast Asian Nations Economic Community (Nursing qualification and workforce for the Association of Southeast Asian Nations Economic Community)

Sitasi: Efendi, F., Nursalam, N., Kurniati, A., & Gunawan, J. (2018, April). Nursing qualification and workforce for the association of Southeast Asian Nations economic community. In Nursing forum (Vol. 53, No. 2, pp. 197-203).

Migrasi perawat internasional di antara negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berpotensi meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan dan akses bagi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Memberikan kualifikasi perawat dan standar lisensi yang setara serta meningkatkan ketersediaan tenaga kerja perawat telah menjadi tantangan bagi anggota ASEAN. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk menganalisis secara komparatif informasi tentang pemeriksaan lisensi keperawatan (NLE) di seluruh negara ASEAN; dan 2) untuk menyajikan informasi tentang sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk angkatan kerja perawat yang sukses. Studi ini mengkaji semua dokumen yang diterbitkan tentang subjek dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sistem NLE ada di semua Negara Anggota ASEAN (AMS) kecuali Brunei, Vietnam, dan Lao PDR. Sistem pendidikan keperawatan juga berbeda-beda di setiap negara ASEAN. Bahasa sebagai alat komunikasi umum dan pemeriksaan keperawatan juga berbeda. Ketersediaan tenaga kesehatan yang berkualitas di tingkat daerah di atas ambang batas di beberapa daerah. Namun, di tingkat nasional, Indonesia, Myanmar, Kamboja, dan Laos berada di bawah ambang batas. Persyaratan lisensi profesional berbeda di antara perawat ASEAN sebagai bagian dari proses untuk menjadi perawat yang berkualifikasi di negara tuan rumah dan sumber. Kesepakatan Saling Pengakuan tentang layanan keperawatan harus membahas perbedaan dalam persyaratan NLE serta ketersediaan perawat.

DPD RI akan Kembangkan Registered Nurse Dengan Filipina

sumber: http://m.liputan6.com/news/read/3057588/dpd-ri-akan-kembangkan-registered-nurse-dengan-filipina

DPD RI akan Kembangkan Registered Nurse Dengan Filipina

Liputan6.com, Jakarta Anggota Delegasi Badan Kerja Sama Parlemen (BKSP) Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) mengunjungi Asosiasi Perawat Nasional (PNA) Filipina di Distrik Malate, Manila, 10/8/2017.

Filipina sangat terkenal dengan pendidikan keperawatan, dan perawat-perawat mereka diakui dan dihargai oleh dunia internasional”, kata dr. Delis Julkarson, anggota DPD RI dari Sulawesi Tengah yang hadir dalam pertemuan tersebut

Perawat laki-laki maupun perempuan di Filipina harus melewati pendidikan dengan kurikulum berbasis-kompetensi dan berorientasi komunitas selama 4 tahun.

“Indonesia dengan sumberdaya manusia muda dan berlimpah memerlukan pengalaman dan keahlian Filipina di bidang keperawatan,” kata Pendeta Carles Simaremare, anggota delegasi lainnya dari Provinsi Papua.

Menurut Statistik Kementerian Tenaga Kerja Amerika Serikat, negara itu memerlukan 1,2 juta tenaga keperawatan antara tahun 2014 hingga 2022 yang antara lain dipicu oleh pertumbuhan penduduk berusia tua.

Menurut Parlindungan Purba, anggota delegasi dan juga Ketua Komite II, hasil pertemuan dengan PNA akan disampaikan kepada Komite IIhbI DPD RI sebagai komite yang membidangi urusan pendidikan dan tenaga kerja.

Delegasi BKSP DPD RI yang dipimpin Prof. Dr. Dailami Firdaus (Jakarta) mengadakan kunjungan ke Filipina pada tanggal 8-10 Agustus 2017, guna bertemu para mitra di Senat, DPR Filipina, ADB dan Persatuan Perawat Filipina.

Turut serta Parlindungan Purba (Sumatera Utara), H. Abu Bakar Jamalia (Jambi), Ahmad Jajuli (Lampung), Dr. I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III (Bali), dr. Delis Julkarson Hehi (Sulawesi Tengah), Adrianus Garu (NTT) dan Pendeta Carles Simaremare (Papua).

× How can I help you?