Research centre REACH

Pengaruh terapi perilaku kognitif yang berfokus pada trauma terhadap depresi dan kualitas hidup lansia di Indonesia (Effect of trauma-focused cognitive behavior therapy on depression and the quality of life of the elderly in Indonesia)

Sitasi: Efendi, F., Indarwati, R., & Aurizki, G. E. (2020). Effect of trauma-focused cognitive behavior therapy on depression and the quality of life of the elderly in Indonesia. Working with Older People.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Trauma-Focused Cognitive Behavior Therapy (TF-CBT) terhadap tingkat depresi dan kualitas hidup lansia di wilayah terdampak gempa di Kabupaten Lombok Utara, Indonesia. Desain / metodologi / pendekatan: Uji Acak Terkontrol (Randomized Controlled Trial / RCT) dengan populasi dua kelompok lansia yang tinggal di kabupaten yang terkena gempa digunakan dalam penelitian ini. Intervensi tersebut berupa pemberian TF-CBT. Terdapat tiga instrumen penelitian yang digunakan untuk menentukan variabel, yaitu Clinician-Administered PTSD Scale (CAPS-5), Geriatric Depression Scale 15 (GDS 15) dan World Health Organization Quality of Life-BREF (WHOQOL-BREF). Semua instrumen diadopsi dan diterjemahkan menggunakan terjemahan kembali ke Bahasa Indonesia, yang sesuai dengan saran WHO. Untuk menyelidiki efek intervensi, kami menggunakan model linier hierarkis (HLM) dengan analisis niat untuk mengobati. Pengaruh parameter paten diuji menggunakan uji Wald (uji-t) dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Temuan: Analisis akhir menggunakan CAPS-5 dan menunjukkan bahwa ada penurunan PTSD responden, yang turun menjadi hanya 8 (17,8 persen) pada post-test. Situasi yang sama terjadi untuk variabel depresi (2,8 persen) setelah dinilai menggunakan GDS-15C. Variabel Kualitas Hidup (WHOQoL-BREF) dibagi menjadi Fisik (50,7), Psikologis (57,1), Sosial (53,6) dan Lingkungan (45,7). Komponen-komponen tersebut menunjukkan adanya dampak yang signifikan dalam peningkatan kualitas hidup lansia korban gempa. Temuan tersebut menyoroti bahwa penerapan TF-CBT pada populasi lansia dapat secara signifikan menurunkan tingkat gangguan stres pasca trauma dan depresi serta meningkatkan kualitas hidup. Implikasi sosial: Intervensi menurunkan tingkat depresi dan meningkatkan kualitas hidup lansia seperti yang ditemukan dalam enam minggu tindak lanjut. Pelatihan yang lebih lama dan integrasi dengan kearifan lokal yang terstruktur mungkin diperlukan untuk mengatasi kesehatan mental lansia yang terkena dampak gempa dengan lebih baik. Selain itu, penguatan peran keluarga sebagai pengasuh utama diperlukan untuk meningkatkan hasil. Orisinalitas / nilai: Ini adalah studi pertama yang mencoba menggunakan TF-CBT sebagai metode pengobatan bagi lansia untuk menurunkan depresi dan meningkatkan kualitas hidup lansia Indonesia yang pernah mengalami gempa bumi. Makalah ini memberikan pengetahuan tentang efektifitas TF-CBT yang dapat digunakan oleh terapis untuk mengatasi masalah depresi yang diderita lansia di wilayah pasca bencana.

Tingkat pengetahuan terkait HIV di kalangan wanita Indonesia antara 15 tahun dan 49 tahun (HIV-related knowledge level among Indonesian women between 15 years and 49 years of age)

Sitasi: Efendi, F., Pratama, E. R., Hadisuyatmana, S., Indarwati, R., Lindayani, L., & Bushy, A. (2020). HIV-related knowledge level among Indonesian women between 15 years and 49 years of age. African Health Sciences20(1), 83-90.

Latar Belakang: Perempuan merupakan populasi yang sangat rentan terhadap infeksi HIV, dipengaruhi oleh faktor biologis, budaya, sosial dan ekonomi. Pengetahuan yang tidak memadai tentang risiko pajanan HIV akan berdampak pada pencegahan dan pengobatan HIV. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengetahuan terkait HIV di antara perempuan di Indonesia dan determinan demografis terkait yang memengaruhi akses mereka ke informasi terkait HIV yang akurat. Metode: Ini adalah analisis sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012. Tingkat pengetahuan terkait HIV ditentukan dengan menganalisis sembilan item pada instrumen SDKI 2012. Hasil: Persentase perempuan di Indonesia yang berusia antara 15 dan 49 tahun, lebih dari setengah (53,6%) memiliki skor pengetahuan terkait HIV yang tinggi. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa perempuan usia 30-34 tahun memiliki tingkat pengetahuan 2,2 kali lebih tinggi tentang HIV dibandingkan perempuan yang lebih tua. Perempuan menikah, tinggal di daerah pedesaan, dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, dilaporkan memiliki akses yang terbatas atau tidak sama sekali terhadap informasi terkait HIV; dengan demikian, memiliki tingkat pengetahuan HIV yang lebih rendah. Kesimpulan: Temuan penelitian menggarisbawahi masih rendahnya tingkat pengetahuan perempuan Indonesia tentang HIV, terutama pencegahan, penularan, dan pencegahan penularan dari ibu ke anak (PMCT).

Prevalensi stunting pada anak usia 10 tahun di Indonesia (Prevalence of stunting among 10-year old children in Indonesia)

Sitasi: Taqwin, T., Ramadhan, K., Hadriani, H., Nasrul, N., Hafid, F., & Efendi, F. (2020). Prevalence of stunting among 10-year old children in indonesia. Journal of Global Pharma Technology, 12(2), 768-775. Retrieved from www.scopus.com

Anak-anak dikatakan sehat jika mereka tumbuh dan berkembang secara memadai. Ini ditentukan melalui pengukuran tinggi dan berat badan ideal yang sesuai dengan usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur prevalensi stunting pada anak usia 10 tahun. Penelitian observasional ini memiliki desain potong lintang. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2019 dengan menggunakan total sampel sebanyak 392 anak yang diperoleh melalui multistage proporsional sampling dengan memilih partisipan dari siswa di 19 sekolah dasar pertama di wilayah studi. Pengukuran antropometri tinggi dilakukan dengan menggunakan mikrotoice. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar AntroPlus 2007 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk anak usia 10 tahun. Tinggi badan diukur menggunakan metode standar dan tinggi badan untuk usia dan skor-z dihitung untuk menilai stunting. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan ANOVA. Prevalensi stunting pada anak usia 10 tahun di Sulawesi Tengah adalah 24,7%. Kabupaten Poso memiliki persentase tertinggi sekitar 35,9%, Kabupaten Donggala sekitar 35,7%, Kabupaten Sigi sekitar 16,5% dan Kota Palu sekitar 12,5%. Rata-rata tinggi badan tertinggi terdapat di Kota Palu sebesar 135,7 cm dan terendah di Kabupaten Donggala sebesar 129,9 cm. ANOVA menunjukkan nilai signifikan <0,001 dengan z-skor masing-masing -0,72, -1,63, -1,45 dan -1,09 di Kota Palu, Kabupaten Donggala, Poso dan Sigi. Prevalensi stunting di Sulawesi Tengah pada anak usia 10 tahun adalah 24,7%. Kabupaten Donggala dan Poso memiliki prevalensi stunting tertinggi. Beberapa strategi perlu dilakukan untuk meningkatkan gizi anak sekolah dasar. Hal ini dapat dilakukan dengan menyediakan kantin sekolah yang aman dan higienis, mempromosikan keragaman pangan yang sehat, mendorong lebih banyak konsumsi ikan dan bahan protein sehat lainnya.

× How can I help you?