Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons kecemasan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1995:569). Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif, sehingga terjadi perilaku kekerasan yang ditujukan pada orang lain, lingkungan dan diri sendiri.
Penatalaksanaan klien dengan riwayat kekerasan dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian intervensi terapi aktivitas kelompok latihan asertif. Terapi aktivitas kelompok latihan asertif merupakan salah satu terapi modalitas terapi keperawatan jiwa dalam
bentuk terapi kelompok dimana klien belajar mengkomunikasikan perasaan positif dan negatif secara terbuka, jujur dan tidak menyakiti orang lain. Namun demikian terapi ini belum dijalankan oleh perawat secara teratur. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Budi Anna Keliat, dkk tahun 1997 tentang pelaksanaan TAK, hal ini karena kemampuan perawat dalam menjalankan kegiatan TAK belum memadai, pedoman pelaksanaan dan perawatan yang mewajibkan pelaksanaan TAK latihan asertif di Rumah Sakit belum ada. Selain itu referensi yang menjelaskan model TAK latihan asertif, faktor-faktor yang mempengaruhi dan dampak TAK latihan asertif terhadap klien dengan riwayat kekerasan belum diketahui secara jelas di Indonesia (Keliat, 1997). Dari uraian di atas, maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh terapi aktifitas kelompok (TAK) latihan asertif terhadap klien dengan riwayat perilaku kekerasan dan dapat membuktikan bahwa terapi ini bermanfaat bagi klien.
Continue reading PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK): LATIHAN ASERTIF TERHADAP EKSPRESI KEMARAHAN PADA KLIEN DENGAN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN