Research centre REACH

KONFERENSI SDM KESEHATAN DI INDONESIA

5th Annual Conference Program
Date: 3-6 October 2010
Venue: The Sanur Paradise Plaza Hotel Bali, Indonesia
Theme: HRH Challenges for Achieving MDGs

Indonesia menjadi tuan rumah konferensi sumber daya manusia (SDM) kesehatan Asia Pasifik Konferensi (Asia-Pacific Action Alliance On Human Resources For Health/AAAH) ke-5 pada 4-6 Oktober 2010 di Bali.

Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan Kemas M. Akib mengatakan konferensi mengangkat tema HRH Challenges For Achieving MDGs dengan tujuan mengatasi dan membahas berbagai tantangan di bidang SDM kesehatan dalam rangka mencapai target MDGs (Milennium Development Goals).

“Selain itu, untuk menghasilkan input bagi persiapan pelaksanaan Global Forum kedua tentang SDM kesehatan yang akan dilaksanakan di Thailand pada Januari 2011,” ujarnya seperti dikutip Pusat Komunikasi Publik Setjen Kemenkes, hari ini.

Menteri Kesehatan RI sebagai Country Focal Point menunjuk Badan PPSDM Kesehatan menjadi pihak representatif Indonesia.

Konferensi AAAH merupakan aliansi kemitraan di tingkat Asia Pasifik sebagai respons terhadap kebutuhan global dan aksi regional dalam rangka peningkatan kapasitas negara anggota di bidang perencanaan dan manajemen SDM kesehatan.

Menurut Akib, AAAH bertujuan untuk menciptakan landasan bagi anggota di regional Asia Pasifik dan mitra di tingkat global dalam pengembangan sistem SDM kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Juga memastikan sistem kesehatan mampu merespons berbagai tantangan, ancaman, dan untuk percepatan pencapaian MDG.

AAAH dibentuk pada konferensi tentang SDM kesehatan di Bangkok, Thailand pada Agustus 2005, yang diprakarsai oleh 15 negara, antara lain China, India, Indonesia, Filipina, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.

AAAH juga didukung oleh GHWA (Global Health Workforce Action Alliance for Human Resources for Health) yang berkedudukan di Swiss, WHO, World Bank, Chinese Medical Board, The Rockefeller Foundation, berbagai mitra lain serta kontribusi dari masing-masing negara anggota.

Konferensi AAAH telah dilaksanakan empat kali, yaitu di Bangkok Thailand pada 2006, Beijing China (2007), Kolombo Sri Lanka (2008), dan Hanoi Vietnam pada 2009.

Sebagai pihak penyelenggara konferensi AAAH, Indonesia melakukan persiapan dengan membentuk panitia di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berkoordinasi dengan Organizing Committee AAAH dan difasilitasi oleh Sekretariat AAAH menggunakan fasilitas teleconference. (Bisnis.com)

HIV/AIDS, TAK CUKUP ABC

Sejak dilaporkannya HIV/AIDS pada tahun 1981 di Amerika, penyakit ini mulai merambah ke pelbagai dunia. Tidak hanya negara maju yang menjadi sasarannya, negara-negara miskin dan terbelakangpun telah menjadi korban keganasan virus tersebut. Tak terkecuali Indonesia, di negara kita penyebaran HIV/AIDS telah mencapai taraf yang sangat mengkhawatirkan. Depkes sendiri memperkirakan terdapat 130 ribu pengidap HIV/AIDS di Indonesia (Jawa Pos, 29/11).
Virus yang belum ditemukan obatnya ini tidak hanya menguras habis sumber-sumber daya di sektor kesehatan tetapi juga menyerang sektor lainnya termasuk sektor ekonomi. Dalam waktu singkat epidemi AIDS telah mengakibatkan beban baru bagi pemerintah kita yang sedang giat-giatnya memerangi kemiskinan dan kebodohan. Menurut laporan UNAIDS, badan PBB yang mengurusi masalah AIDS, pada tahun 2001 Indonesia telah kehilangan lebih dari US$ 8 milyar karena penyebaran wabah HIV. Dan yang lebih tragis lagi, virus ini menyerang di usia-usia produktif; orang-orang muda dan para pencari nafkah. Sehingga sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah beserta semua sektor untuk menyelamatkan aset bangsa dari penyakit yang belum ditemukan vaksinnya ini. Sebab seperti kita ketahui individu produktiflah yang menjadi penggerak roda perekonomian bangsa.
Metode ABC Continue reading “HIV/AIDS, TAK CUKUP ABC”

EUTHANASIA Vs HIPPOCRATES

Kasus Ny. Agian Isna Nauli yang sempat mengagetkan banyak pihak masih mewarnai beberapa surat kabar. Pasalnya, Hasan Kesuma, sang suami meminta istrinya disuntik mati. Disini penulis tergelitik untuk mengupasnya dari segi pandangan medis.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian canggih, ditambah dengan perubahan sosial kemasyarakatan yang begitu cepat, telah menancapkan pengaruh yang luar biasa bagi berbagai disiplin ilmu. Tidak terkecuali kedokteran. Berbagai kasus, isu dan masalah baru muncul. Menurut Franz Magnis Suseno tantangan-tantangan etika kedokteran seringkali bersifat “kontroversial” dan mau tidak mau kita dipaksa menyadari keberadaan masalah tersebut. Ia menyatakan beberapa tantangan etika kedokteran seperti penetapan norma-norma etika kedokteran, otonomi pasien, janin manusia dan euthanasia.
Berbicara mengenai kedokteran tentunya kita tidak akan terlepas dari Hippocrates, Bapak Pengobatan. Tokoh yang dilahirkan di Yunani 460 SM ini meninggalkan warisan bagi para pengikutnya yang kita kenal dengan nama sumpah dokter. Sumpah dokter yang ada sekarang ini merupakan perwujudan dari sumpah Hippocrates (Hippocrates Oath). Salah satu lafal yang diyakini oleh Hippocrates adalah “Saya akan menaati sistem prosedur kesehatan yang sesuai dengan kemampuan dan penilaian saya, saya akan memperhatikan kepentingan pasien saya, dan tidak akan melakukan hal-hal yang membahayakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapapun bila diminta, atau tidak akan memberikan saran untuk itu; dalam bentuk apapun”.
Jelas terlihat dari sumpah Hippocrates di atas, segala perbuatan yang mengakibatkan cedera, cacat ataupun kematian sangat dilarang dan bertentangan dengan jiwa kedokteran itu sendiri. Tujuan dari pengobatan yang diberikan adalah meningkatkan serta memperpanjang kualitas hidup pasien, baik pasien dengan penyakit akut, kronis maupun pasien terminal. Dalam buku karya Wesley Smith, The Culture of death-The Assault of Medical Ethics in America, Smith menuduh bahwa kelompok The Right to Die Society of Canada telah melanggar undang-undang yang berlaku di Kanada tentang euthanasia. Kelompok ini menjual kantung plastik yang digunakan untuk mengakhiri hidup. Kantung tas yang dijual seharga US$32 dengan buku pengantar bunuh diri seharga US$10 telah mengundang polemik di negara tersebut. Peristiwa ini menyadarkan kita bahwa masalah euthanasia merupakan masalah yang kompleks dan selalu mengundang perdebatan. Tidak hanya di negara kita tetapi juga di negara-negara maju yang telah melegalkan praktik tersebut. Continue reading “EUTHANASIA Vs HIPPOCRATES”

× How can I help you?