Artikel pernah diterbitkan di Majalah Pioners PSIK FK Unair
Oleh: Ferry Efendi
Dari karyawan level bawah sampai atas, tak ada topik yang semenarik masalah gaji. Maklumlah, sehebat apapun sistem yang dipilih dan sebijak apapun kebijakan yang ditempuh, kalau itu menyangkut masalah gaji, selalu saja berpeluang mengundang suasana panas. Hal ini bermula dari keluhan perawat ruang HIV/AIDS yang mengisahkan gaji yang mereka terima ibarat “besar pasak daripada tiang”. Dengan beban kerja dan resiko yang begitu tinggi mereka hanya digaji sebesar 400 ribu perbulan (Kompas, 1/12/04), adilkah sistem penggajian tersebut bagi sebuah profesi yang mulia?
Dalam suatu diskusi panel yang digelar oleh PSIK FK Unair, salah satu pembicara menyatakan bahwa profesi merupakan “highly intellectual specialized services” dan profesi perawat merupakan salah satu gambaran pernyataan tersebut. Seorang perawat dituntut untuk memiliki highly intellectual, dalam artian setiap tindakan yang dilakukan perawat memiliki dasar-dasar ilmiah dan rasionalitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Idealnya seorang perawat memiliki IQ rata-rata atau diatas standar yang berlaku ditambah dengan EQ dan SQ yang tinggi. Namun apa hendak dikata, dengan gaji yang hanya cukup membeli nasi bungkus otak kita dituntut untuk bekerja ekstra keras. Bukan hanya karbohidrat yang diperlukan, tubuh juga memerlukan vitamin dan mineral dalam jumlah cukup. Akankah performance perawat tetap bagus atau meningkat dengan suplai makanan yang seadanya? Atau apakah ini termasuk “harga yang harus dibayar” sebagai salah satu bentuk pengabdian?
Profesi Vs Pengabdian Continue reading “KESEJAHTERAAN PERAWAT YANG TERABAIKAN!!”