Faktor yang berhubungan dengan pemberian susu botol pada anak usia 0–23 bulan di Indonesia (Factors associated with bottle feeding in children aged 0–23 months in Indonesia)

Sitasi: Nasrul, N., Hafid, F., Ramadhan, K., Suza, D. E., & Efendi, F. (2020). Factors associated with bottle feeding in children aged 0–23 months in Indonesia. Children and Youth Services Review116, 105251.

Pendahuluan: Karena risiko kontaminasi yang tinggi, praktik pemberian susu botol dengan dot dilarang oleh pemerintah di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan pemberian susu botol pada anak usia 0–23 bulan di Indonesia. Metode: Data Survei Kesehatan Demografi (DHS) Indonesia 2017 digunakan dengan desain studi cross-sectional. Penelitian ini melibatkan anak-anak yang lahir terakhir usia 0–23 bulan dengan menggunakan sampel 6.763 pasangan ibu-bayi. Variabel bebas meliputi status perkawinan, pendidikan dan pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, tempat tinggal, jenis persalinan, jenis kelamin anak, dan usia anak. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemberian susu botol. Uji chi-square dan regresi logistik biner digunakan untuk menguji hubungan antara pemberian susu botol dan faktor terkait. Hasil: Prevalensi pemberian susu botol di Indonesia adalah 37,9%. Analisis multivariat menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Adjusted Odds Ratio [AOR] 4,9, 95% Confidence Interval [CI] 2,3-10,3), ibu bekerja (AOR 1,6, 95% CI 1,4-1,8), keluarga terkaya (AOR 1,8 , 95% CI 1.5–2.3), kehidupan perkotaan (AOR 1.5, 95% CI 1.3–1.8), persalinan caesar (AOR 1.6, 95% CI 1.3–1.8), anak perempuan (AOR 0.8, 95% CI 0.7–0.9) dan anak-anak usia 6-23 (AOR 1.4, 95% CI 1.2-1.6) secara signifikan terkait dengan penggunaan susu botol dibandingkan dengan rekan-rekan mereka. Kesimpulan: Peningkatan risiko penggunaan susu botol secara signifikan dikaitkan dengan faktor ibu dan anak serta indeks kekayaan dan penduduk perkotaan. Dukungan terus menerus untuk mencegah kebijakan pemberian susu botol perlu ditingkatkan dengan mempertimbangkan variabel yang signifikan dalam penelitian ini.

“Saya merasa seperti bayi”: Pengalaman kelelahan terkait kanker berdasarkan perspektif pria (“I feel like a baby”: A cancer-related fatigue experience based on a male perspective)

Sitasi: Arizona, I. K. L. T., Sukartini, T., & Efendi, F. (2020). “I Feel Like a Baby”: A Cancer-Related Fatigue Experience Based on a Male Perspective. Systematic Reviews in Pharmacy11(6), 1069-1074.

Cancer-Related Fatigue (CRF) merupakan salah satu gejala penyakit kanker akibat penyakit atau pengobatan yang biasanya dialami dengan perasaan subjektif oleh penderita kanker pria dan wanita. Namun, pasien pria cenderung mengabaikannya sehingga gejala tersebut kurang mendapat perhatian. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman kelelahan pada pasien kanker pria. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini melibatkan 15 pasien kanker pria yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur. Data dianalisis menggunakan pendekatan Van Mannen dengan bantuan software NVivo 12. Ada empat tema yang diidentifikasi dalam penelitian ini, yaitu 1) ketidakberdayaan, 2) pemenuhan peran dan tanggung jawab, 3) penyesuaian, dan 4) dukungan sosial. Menurut sebagian besar informan laki-laki, kelelahan adalah ketidakberdayaan dalam menjalani kehidupan. Kelelahan dapat menurunkan predikat laki-laki sebagai individu yang kuat dan maskulin yang berakibat pada penurunan peran dan tanggung jawab. Diperlukan penyesuaian dan dukungan sosial untuk mengatasi masalah tersebut. Kelelahan pada peserta menyebabkan terganggunya peran maskulinitasnya dan berdampak pada kehidupan sehari-hari. Manajemen keperawatan diharapkan memungkinkan pasien mendapatkan intervensi spesifik yang berorientasi pada kesejahteraan pasien.

Model pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat sebagai mitra atas stigma dan kualitas hidup perempuan HIV / AIDS (Model for development of community health care as partners on stigma and quality of living women HIV/AIDS)

Sitasi: Nursalam, N., Ernawati, E., Devy, S. R., & Efendi, F. (2020). Model for Development of Community Health Care As Partners on Stigma and Quality of Living Women With Hiv/Aids. sysrevpharm. orgSign in11(6), 1095-1099.

Perempuan yang hidup dengan HIV / AIDS memiliki kualitas hidup yang rendah karena stigma yang kuat di masyarakat. Kualitas hidup perempuan penderita HIV / AIDS dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain modal sosial yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model community health as partner (CHCP) terhadap stigma dan kualitas perempuan ODHA. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional pada 119 orang dengan pengambilan sampel multi stage cluster. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis varian atau komponen berbasis SEM yang dikenal dengan Partial Least Squares (PLS). Pengembangan model pemberdayaan kader HIV / AIDS, setelah studi path analysis dan merumuskan isu-isu strategis melalui focus group discussion (FGD) dan diskusi ahli sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Pengaruh faktor demografi, sumber daya pribadi kader, sumber daya kontekstual sosial kader, dan dukungan perawat menunjukkan t-statistic> 1.96 dan p-value <0.05. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari semua variabel tersebut terhadap kemampuan dan pemberdayaan kader HIV / AIDS. Koefisien yang dihasilkan bertanda positif, 0,502. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa semakin tinggi pemberdayaan kader HIV / AIDS terhadap kemampuan kader HIV / AIDS maka kecenderungan tersebut dapat meningkatkan pemberdayaan kader. Model Bina Pelayanan Kesehatan Masyarakat sebagai mitra berpengaruh besar terhadap stigma dan kualitas hidup penderita HIV / AIDS. Faktor sumber daya pribadi kader merupakan faktor yang paling kuat mempengaruhi pemberdayaan kader dalam penanggulangan HIV / AIDS, sehingga peran kader sebagai mitra dalam HI / AIDS menjadi penting untuk meningkatkan motivasi pada penderitanya.